Beberapa dari kalian mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah FoMO. Terkadang, kata sisipan ini sering kali terucap oleh kerabat kalian ketika sedang asik bercengkrama. Namun, tak sedikit juga yang belum mengetahui arti dari istilah satu ini.
Berangkat dari istilah anak Jaksel, FoMO sering kali dilontarkan untuk seseorang yang kudet (kurang update) terhadap trend yang sedang terjadi. Lalu, bagaimana istilah FoMO apabila dilihat dari sudut pandang kesehatan psikologis seseorang? Simak ulasannya berikut ini.
Baca Juga:
Apa arti dari FoMO?

Ilustrasi (Freepik)
Dilansir dari Hellosehat, FoMO merupakan singkatan dari Fear of Missing Out atau bisa diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang merasa khawatir jika tertinggal trend yang sedang berlangsung.
Seseorang yang mengalami ini biasanya beranggapan bahwa dirinya merasa ketinggalan zaman dan tidak gaul. Tak cukup sampai di situ, ia juga akan merasa jikalau orang lain selalu merasa senang dan memiliki kehidupan yang lebih update dibandingkan dirinya.
FoMO sering kali melanda kaum remaja yang aktif di media sosial. Pasalnya, ia akan terus berusaha untuk mengikuti trend yang sedang berlangsung di media sosial sehingga secara perlahan kehilangan jati dirinya.
Dampak FoMO berdasarkan riset para ahli

Ilustrasi (Unsplash/Mali Delisha)
Sementara itu, para ahli telah melakukan riset dampak yang ditimbulkan terhadap seseorang yang mengalami Fear of Missing Out.
Berdasarkan studi dari jurnal Computer in Human Behavior yang terbit pada tahun 2013, seseorang yang mengalami tingkat FoMO paling tinggi akan merasa kurang terhubung dengan kehidupannya sehari-hari.
Ia akan menganggap bahwa kehidupannya tidak menarik jika tidak mengikuti pengalaman orang lain. Perasaan ini tentunya dapat menimbulkan rasa cemas dan memicu stres berlebih.
Perlu diketahui, studi lain juga menyebutkan bahwa rasa cemas dapat menimbulkan produksi hormon penting seperti serotonin dan adrenalin terganggu, sehingga mengalami susah tidur, nafsu makan berkurang hingga sakit kepala.
Cara mengatasi FoMo
Adapun, berikut adalah beberapa cara yang bisa kalian lakukan untuk mengurangi rasa ketergantungan terhadap orang lain dalam sebuah trend yang sedang berlangsung
Kurangi waktu penggunaan sosial media

Ilustrasi (Unplash/Camilo Jimanez)
Sosial media sejatinya digunakan untuk menghilangkan rasa bosan atau lelah setelah melakukan aktivitas. Namun, jika larut dalam kehidupan sosial media tentunya dapat berdampak pada kesehatan mental.
Cobalah untuk atur waktu penggunaan sosial media. Misalnya, kalian bisa mengatur waktu mundur di ponsel selama beberapa menit untuk membatasi penggunaan media sosial. Dengan begitu, kalian bisa fokus untuk menjalani kehidupan di dunia nyata.
Batasi konten di media sosial

Ilustrasi (Unsplash/Alexander Shatov)
Cobalah batasi konten yang masuk di laman media sosial kalian. Saring kembali beberapa konten yang menurut kalian dapat memicu perasaan FoMO.
Misalnya, kalian bisa senyapkan beberapa update seseorang yang seringkali menyombongkan diri dan gantikan dengan hal-hal yang anda senangi.
Selalu merasa cukup

Ilustrasi (Unsplash/Tonik)
Walaupun terdengar klise, menumbuhkan rasa syukur bisa menimbulkan kepuasan terhadap kehidupan yang kalian jalani saat ini. Ketika diri kalian kehilangan kendali dan merasa iri terhadap kehidupan orang lain, cobalah untuk fokus terhadap hal positif yang telah Anda gapai saat ini.