Krisis yang menyesakkan telah memaksa rumah sakit di Sri Lanka untuk melakukan operasi menggunakan lampu ponsel dan menggunakan kembali kateter untuk pasien baru.
Seorang ahli bedah di unit perawatan intensif rumah sakit Sri Lanka mengatakan dia terpaksa memasang kembali kateter yang telah digunakan.
“Saya tahu saya membahayakan hidup pasien selanjutnya. Saya merasa tak berdaya dan putus asa,” katanya.

cnn.indonesia.com
Selain itu, ia juga mengaku merasa bingung karena butuh waktu lebih lama untuk membersihkan peralatan tersebut agar bisa digunakan kembali sebelum melakukan tindakan medis dan merasa melawan seluruh materi yang telah diajarkan.
Ia dan beberapa dokter lainnya juga harus menghadapi berbagai masalah teknis lainnya, seperti pemadaman listrik saat operasi.
Baca Juga:
Oleh karena itu, mereka harus mengoperasi pasien menggunakan lampu ponsel yang dipegang oleh petugas medis lain sampai genset menyala.
“Meski memiliki setidaknya dua ponsel dinyalakan, tidak mudah untuk melakukan prosedur dan penjahitan dengan cahaya seperti itu,” kata sebuah sumber dikutip dari CNN.

indiatimes.com
Ia juga tidak percaya setengah dari pasien di unit perawatan intensif akan hidup dalam beberapa minggu ke depan atau jika kekurangan obat terus berlanjut.
Dokter di Sri Lanka operasi tanpa gunakan anestesi
Sementara itu, seorang dokter dari rumah sakit pemerintah di Kandy City mengakui bahwa unit perawatan intensif tempatnya bekerja kekurangan obat bius. Ia khawatir pasien harus menjalani operasi tanpa anestesi.
Selain itu, ia mengaku juga diperintahkan untuk menggunakan kembali kateter dan selangnya. ia tahu penggunaan kembali kateter bisa berdampak buruk bagi pasien, tetapi dia mengakui dia tidak punya pilihan lain.
“Kami harus mengambil keputusan sulit beberapa hari ini, khususnya di unit perawatan intensif, seperti siapa yang bisa hidup dan siapa yang tidak,” ucapnya.

laverdadnoticias.com
Tidak hanya dokter yang membuktikan, surat yang dikeluarkan oleh Asosiasi Medis Sri Lanka (SLMA) mengungkapkan bahwa semua rumah sakit melaporkan kurangnya akses ke obat-obatan darurat dan persediaan medis.
Asosiasi juga mengungkapkan bahwa beberapa rumah sakit harus menghentikan operasi dan tes laboratorium mereka untuk anestesi dan reagen hampir habis.
Krisis yang terjadi di Sri Lanka menyebabkan warga memprotes agar Rajapaksa lengser. Namun, Rajapaksa menolak untuk menyerahkan kekuasaannya.